BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. BELAJAR
1.1. Pengertian Belajar
Belajar bukanlah semata-mata mengumpulkan dan menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Di samping itu belajar tidak hanya lingkup latihan membaca dan menulis. Tetapi belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar. Yang dimaksud pengajar disini adalah guru, orang tua atau juga dirinya sendiri melalui pengalaman di lingkungan keluarga ataupun juga di lingkungan masyarakat.
Beberapa ilmuwan berbeda pendapat mengenai pengertian belajar, diantaranya :
1. Skinner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendapat hasil yang optimal apabila ia diberi penguat.
2. Hintzman, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
3. Wittig, belajar adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengn fakta sebanyak-banyaknya.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.
Adapun secara kualitatif, belajar adalah proses memperoleh arti-arti pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
a) Faktor Intern
· Faktor fisiologis yang meliputi fisiologi secara umum dan panca indra
· Faktor psikologi yang meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif serta kepribadian siswa.
b) Faktor Ekstern
· Faktor lingkungan alam dan sosial (keluarga, cara mendidik anak, sikap keagamaan orang tua, sikap sosial dan emosional arang tua terhadap anak)
· Faktor instrumental yang terdiri dari kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru/tenaga pengajarnya.
B. KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI SISWA DALAM BELAJAR
2.1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu keadaaan atau kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanaya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Hambatan ini mungkin bersifat psikologis, sosiologis dalam seluruh proses belajarnya.
2.2. Gejala-Gejala Kesulitan Belajar
Supaya dapat menetapkan gejala-gejala kesulitan belajar pada individu yang mengalaminya maka perlu adanya penetapan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut dapat ditetapkan berdasarkan empat hal yaitu :
1. Tingkat keberhasilan
Dalam keberhasilan sistem pendidikan tujuan mereka adalah salah satu komponen yang penting karena akan memberikan arah kegiatan pendidikan. Kegiatan belajar ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut sehingga belajar yang dicapai oleh siswa akan menjadi ukuran tingkat pencapaian tujuan tersebut.
2. Perbandingan antara prestasi dan potensi
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tergantung dari tingkat potensinya baik berupa kecerdasan, bakat dan minat dengan membandingkan antara prestasi dan potensiyang dicapai maka akan dapat diperkirakan sampai sejauh mana siswa dapat merealisasikan potensinya.
3. Kedudukan dalam kelompok
Nilai siswa akan berarti bila dibandingkan dengan kelompok, siswa dapat dikatakan pandai apabila mempunyai nilai yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kelompok dan sebaliknya.
2.3. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar. Faktor-faktor tersebut berasal dari keluarga, lingkungan bahkan dari anak didik itu sendiri. Sebab-sebab kesulitan belajar yang berasal dari anak didik, yaitu
:
1. Taraf yang berbeda dengan kemampuan
2. Keinginan orang tua yang berbeda dengan keinginan anak dan melampaui keinginan anak
3. Belum membudayanya kebiasaan membaca khususnya kebiasaan belajar
Hal ini nampak bahwa faktor pertama adanya sikap kemandirian rendah. Sedangkan faktor kedua adanya pengaruh dari orang tua, serta yang ketiga adanya kemandirian dan kesadaran belajar yang masih belum tumbuh dengan rasa tanggung jawab.
2.4. Diagnosa Kesulitan Dalam Belajar
Salah satu lembaga pendidikan formal adalah menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak didiknya untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Mungkin sesuai dengan potensi dan lingkungan yang tersedia. Kenyataan sering diketemukan sejumlah anak didik mengalami keterlambatan dan kegagalan dalam belajar. Semua itu dapat diketahui setelah adanaya tes.
Untuk mengatasi hal itu, maka seorang guru perlu diberi pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan diagnosis untuk membantu siswa secara tepat yang dilakukan dengan segera. Adapun prosedur atau tehknik diagnosis kesulitan belajar antara lain :
1. Mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
2. Melokalisasi jenis-jenis atau letak permasalahan yang dihadapi oleh siswa
3. Memperkirakan kemungkinan-kemungkinan bantuan yang akan diberikan
4. Memperkirakan kemungkinan-kemungkinan kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam belajar
5. Penetapan kemungkinan cara mengatasi masalah tersebut
6. Pelaksanaan tindak lanjut.
2.5. Alternatif Pemecahan Kesulitan Dalam Belajar
Untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa dalam belajar ada beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu :
1. Faktor dari dalam (intern)
· Karena memang tidak mempunyai kekuatan psikis
· Karena kurang pengalaman
· Karena perkembangan yang belum mandiri
· Karena gangguan kesehatan
· Karena faktor lain
2. Faktor dari luar (ekstern)
· Penanggulangan kesulitan belajar yang berasal dari lingkungan sekolah
· Penanggulangan yang berasal dari lingkungan keluarga yang meliputi :
- Mengatasi kekacauan rumah tangga
- Perhatian orang tua
- Perlengkapan belajar
- Keadaan ekonomi
· Penanggulangan yang berasal dari lingkungan keluarga
· Setelah siswa mendapat bantuan tersebut maka dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Mengetes hasil belajar siswa dalam bidang studi yang dianggap sulit
- Melakukan interview dengan siswa yang bersangkutan untuk mengetahui pendapat siswa tentang sejauh mana kesulitanaya
- Melakukan interview dengan guru pembimbing dan orang tua siswa mengenai perubahan yang terjadi pada siswa
- Menganalisa hasil belajar yang telah dicapai
C. PENTINGNYA MOTIVASI UNTUK MEMBANGKITKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA
3.1. Pengertian Motivasi
Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari luar individu yang dapat mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
D. PERLUNYA BIMBINGAN
4.1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan sumber dari pada kehidupan, pernyataan ini menunjukkan manusia dalam kehidupanya yang sering mengalami permasalahan-permasalahan yang silih berganti, dimana persoalan yang satu dapat diselesaikan yang satunya timbul lagi. Berdasarkan atas kenyataan yang dilakukan oleh manusia tidak sama antara yang satu dengan yang lainya. Manusia ada yang sanggup mengatasi masalahnya dan ada juga yang tidak dapat mengatasi masalahnya sendiri.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian bimbingan, antara lain :
1. Menurut H. Suwahyo, bimbingan adalah proses bantuan khusus yang diberikan sebagai kemungkinan dan kenyataan tentang adanaya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembanganya yang op[timal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan bantuan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
2. Menurut Dewa Ketut Sukardi, yaitu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengenai dirinya sendiri, mengatasi masalah sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara tanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada siswa baik secara individu atau kelompok yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk mencapai pemahaman diri, menerima diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan memperoleh kebahagiaan hidup.
4.2. Tujuan Pelayanan Bimbingan
Bimbingan diberikan untuk tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan pelayanan bimbingan bagi siswa di sekolah antara lain :
1. Membantu murid untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat pribadi, hasil belajar serta kesempatan yang ada.
2. Membantu proses sosialisasi dan sentivitas kepada kebutuhan orang lain
3. Membantu siswa untuk mengembangkan motif-motif intrinsic dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan
4. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan ketertiban dari proses pendidik
5. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri
6. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia
Pelayanan bimbingan jika di tinjau dari jumlah yang dibimbing ada dua macam yaitu bimbingan pribadi dan kelompok dengan tujuan yang sama. Pada umumnya jelas masalah yang dihadapi oleh individu, terutama yang dihadapi oleh siswa di sekolah antara lain :
1. Masalah pengajaran atau belajar
2. Masalah pendidikan
3. Masalah pekerjaan
4. Masalah penggunaan waktu senggang
5. Masalah sosial
6. Masalah pribadi
4.3. Teknik-Teknik Bimbingan
Secara garis besar teknik yang dipergunakan dalam bimbingan dan penyuluhan ada dua macam pendekatan yaitu pendekatn secara kelompok yang disebut juga sebagai bimbingan kelompok dan pendekatan individual.
1. Pendekatan Individual
Pendekatan ini merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung. Dan hal ini pemberian bantuan dilaksanakan dengan cara face to face yaitu antar konselor dengan anak yang bermasalah tersebut dan biasanya tehnik ini bersifat pribadi.
2. Pendekatan Kelompok
Yaitu suatu tehnik pelayanan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada kelompok siswa dengan tujuan untuk membantu seseorang ataukelompok murid yang menghadapi masalah belajarnya dengan menempatkan dirinya di dalam suatu kehidupan atau kegiatan kelompok. Adapun tehnik bimbingan kelompok tersebut antara lain :
· Pelajaran bimbingan
· Karya wisata
· Diskusi kelompok
· Kegiatan kelompok
· Organisasi murid
· Psikodrama
· Remidial teaching
4.4. Prinsip-Prinsip Bimbingan
Prinsip ini merupakan dasar pokok dan merupakan syarat utama sebagai pemberian layanan bimbingan menunjukkan suatu kesatuan dan dapat menjadi pegangan di dalam proses bimbingan dan penyuluhan. Dalam hal ini prinsip bimbingan ada dua yaitu :
1. Prinsip yang berkenaan dengan anak yang dibimbing, meliputi :
· Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua peserta didik
· Harus ada criteria untuk mengatur prioritas layanan bimbingan kepada peserta didik tersebut
· Program bimbingan harus berpusat pada peserta didik
· Pelayanan harus memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan secara luas
· Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri.
2. Prinsip yang berkenaan dengan pembimbing sendiri, antara lain :
· Petugas pembimbing harus melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuanya masing-masing
· Petugas pembimbing di sekolah dipilih atas dasar kwalifikasi kepribadian pendidikan pengalaman dan kemampuanya
· Petugas pembimbing harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri dan keahlianya melalui berbagai macam penataran
· Petugas pembimbing harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbing
3. Prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi antara lain :
· Bimbingan harus dilakukan secara kontinyu
· Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi bagi setiap individu
Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Pembagian waktu diatur petugas secara baik.
BAB III
IDENTIFIKASI
A. GEJALA-GEJALA KASUS DAN IDENTIFIKASI SISWA
1.1. Gejala-Gejala Kasus
Selama enam minggu para Guru Praktikan mengajar kelas XI IPA. Dan dari hasil analisis, praktikan menemukan salah satu siswa yang sangat menarik sebagai bahan kajian untuk mempelajari kasus tersebut dan nantinya untuk dicari jalan keluarnya.
Dari hasil observasi, pengamatan, interview, angket dan dokumenter yang dilakukan oleh Tim penulis, dapat disimpulkan bahwa :
1. Klien mempunyai permasalahan dalam pembelajaran yaitu kurang konsentrasi dalam belajar
2. klien termasuk kategori siswa hard passif.
3. Klien kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
1.2. Identifikasi Kasus
1. Identitas Siswa
a. Nama : Zainal Febriyanto
b. Umur : 16 Tahun
c. Alamat : Jl. Imam Bonjol no. 50 Gg. I
d. Agama : Islam
e. Jenis Kelamin : Laki-Laki
2. Identitas Orang Tua Siswa
a. Nama Ayah : Ahmad Zaini
b. Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg I
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan terakhir : -
f. Kebangsaan : Indonesia
a. Nama Ibu : Siti Khatijah
b. Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg I
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan terakhir : SLTP
f. Kebangsaan : Indonesia
1.2. Hasil Pengumpulan Data
1. Jarak dari rumah ke sekolah : ± 1.5 KM
2. Kendaraan untuk bersekolah : Sepeda Motor
3. Komposisi keluarga
· Jumlah anggota keluarga : 4 (empat)
· Anak ke- : 2 (dua)
· Status dalam keluarga : Anak Kandung
4. Kegiatan siswa di rumah
· Pagi : Persiapan sekolah
· Siang : tidur dan main bola
· Malam : Mengulang pelajaran dan belajar buat besok
5. Hobi : bermain game komputer
6. Cita-cita : Menjadi Dokter
7. Keadaan kesehatan
· Mata : Normal
· Telinga : Sehat
· Jika berbicara : Lancar
· Warna kulit : sawo matang
· Nafsu makan : kurang baik/ tidak teratur
8. Keadaan jasmani
· Tinggi badan : 168 cm
· Bentuk wajah : oval
· Warna rambut : hitam/lurus
9. Riwayat pendidikan
· Masuk TK umur : 5 Tahun
· Masuk SD umur : 7 Tahun
· Masuk SLTP umur : 13 Tahun
· Masuk SMA umur : 16 Tahun
B. PEMILIHAN KASUS
Berdasarkan gejala kasus yang telah dipaparkan di atas diketahui bahwa klien mempunyai masalah dalam kurang pemusatan konsentrasi belajar sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Selain itu keadaan klien yang mempunyai sifat acuh tak acuh juga mempengaruhi proses belajarnya.
Oleh karena itu, maka klien yang bernama Zainal Febriyanto dipandang pantas untuk dijadikan objek dalam penyusunan tugas studi kasus ini.
B. ANALISIS OBSERVASI DATA
2.1. Sikap Terhadap Guru Yang Mengajar
Zainal Febriyanto bersikap baik dan sopan terhadap bapak dan ibu guru di sekolah. Tetapi terkadang dia ingin diperhatikan lebih dari teman-teman yang lainya. Sikap acuh tidak acuh zainal terhadap guru dan mata pelajaran yang ada di sekolah menyebabkan dia mendapat perhatian lebih dari gurunya. Sebagai contoh, ketika guru sedang menerangkan Zainal tidak memperhatikan penjelasan gurunya tetapi dia malah memperhatikan sesuatu entah itu melihat gambar-gambar di kelas atau memperhatikan luar kelas, sehingga guru tidak bosan-bosanya mengalihkan perhatianya.
Dia tidak mempunyai rasa benci atau marah kepada gurunya walaupun gurunya sering memperingatkan tentang cara belajarnya yang lambat.
2.2. Sikap Terhadap Teman Sekelas
Dia bersikap biasa saja terhadap teman dikelas. Dalam diri Zainal terdapat sifat yang kurang tanggap terhadap keadaan sekitar, sehingga dia kurang begitu memahami teman dikelasnya.
BAB IV
PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN
A. ANALISIS
Analisis merupakan identifikasi data masalah yang dihadapi klien, data yang menjelaskan tentang diri klien beserta latar belakangnya. Data masalah ini dikumpulkan dari berbagai aspek kehidupan klien, baik tentang diri klien, lingkungan, keluarga maupun masayarakat di sekitar tempat tinggal klien.
Dari hasil analisis penjabaran masalah dapat diperoleh dari masalah pendidikan, keluarga maupun masalah lingkungan sosial kemasyarakatan diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Siswa mempunyai masalah dalam belajarnya yaitu lemah daya ingatnya/ konsentrasinya.
2. Siswa kurang aktif dalam kelas.
3. Siswa tidak mempunyai rasa benci atau marah terhadap gurunya.
4. Siswa bersikap acuh tak acuh terhadap lingkungan belajar.
B. SINTESIS
Sintesis yaitu tahap-tahap penyusunan dan perangkuman dari data-data yang diperoleh untuk memperoleh gambaran data yang lebih jelas dan akurat tentang kelebihan dan kekurangan dari seorang klien.
Data-data yang diperoleh :
- Masalah Pribadi
Zainal termasuk anak yang memiliki split personality, di suatu moment, sering dia terlihat seperti anak yang tidak memiliki masalah apapun, namun di moment yang lain (situasi belajar), sangat tampak permasalahan yang dia miliki.
- Masalah Pendidikan
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa Zainal adalah anak yang mempunyai masalah belajar terutama kurang pemusatan konsentrasinya pada pelajaranya. Dia sering acuh tidak acuh terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.
- Masalah Sosial
Zainal tinggal di lingkungan kota, rasa sosialisnya memiliki perbedaan dengan anak pedesaan. Keadaan lingkungan keluarga yang demikian telah mengkonstruksi Zainal tumbuh menjadi seorang anak yang kurang bisa menghargai orang lain di sekitarnya. Lebih parah lagi, hal itu terbawa ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
C. DIAGNOSIS
Diagnosis merupakan usaha untuk menginterpretasikan data klien berdasarkan tahap analisis dan sintesis guna menemukan masalah yang dihadapi oleh klien serta upaya untuk menemukan penyebab masalahnya.
Adapun langkah dalam diagnosis yaitu identifikasi masalah. Dalam langkah ini jenis masalah yang diklasifikasikan berdasarkan data-data yang telah diperoleh sebelumnya.
D. PRAGNOSIS
Pada tahap pragnosis ini langkah yang diusahakan yaitu mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul pada diri klien apabila masalahnya tidak segera diatasi dan dipecahkan akan berkembang menjadi sifat dan sikap kebiasaan dan menjadi hal-hal yang bersifat biasa.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa apabila masalah klien dibiarkan maka akan berimplikasi pada masalah-masalah yang akan bertambah menjadi hal yang berat. Seperti; ketinggalan pelajaran, kenakalan remaja, dan kompetensi afektif-kognitif-psikomotorik yang tidak memadai.