Jumat, 02 Juli 2010

"RAKYAT MASIH LAPAR" Upaya Solutif Memberdayakan Ekonomi Rakyat

"RAKYAT MASIH LAPAR"
Upaya Solutif Memberdayakan Ekonomi Rakyat
A. Fawaid

PENDAHULUAN : Rakyat Masih Lapar
Terlepas dari kontroversi yang mewarnai perjalanan Presiden kedua RI
Almarhum Soeharto, terdapat beberapa hal yang mungkin bisa dikatakan
sebagai pencapaian brilian beliau ketika menjabat sebagai seorang
Presiden. Ketegasan yang ditunjukkannya menjadi ciri khas tersendiri,
konsistensi yang dia tunjukkan menjadikannya sebagai salah satu
pemimpin yang disegani, bukan hanya di Asia tapi juga di tingkat
internasional.

Menjadi Presiden RI selama 32 tahun jelas bukanlah suatu perkara yang
gampang, baik dari segi permainan politik serta bagaimana menjaga
kepercayaan masyarakat, tentu hal itu memerlukan kerja keras serta
semangat yang tinggi, apalagi Soeharto naik pangkat menjadi Presiden
ketika Bangsa Indonesia sedang dilanda krisis Multidimensi, lebih
parah dari sekarang ini. Stabilisasi Nasional, Perekonomian lemah,
pembangunan infra dan supra struktur sampai pada proses peningkatan
kwalitas pendidikan merupakan titik fokus Soeharto ketika pertama kali
memegang tampuk kepemimpinan bangsa Indonesia ini.

Namun, ternyata Soeharto mampu melakukan itu semua, perlahan
pembangunan infra struktur meningkat, pendidikan juga sudah mulai
menunjukkan perkembangan positif, dan yang paling fenomenal adalah
kemajuan yang dicapai Indonesia dalam bidang perekonomian sehingga
menjadikan bangsa Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami
perkembangan terpesat pada waktu itu, hal ini ditandai dengan
meningkatnya produksi masyarakat di bidang pertanian, terutama beras.
Pada awal pemerintahan Soeharto, ekspor beras Indonesia sebanyak 0 %
akan tetapi pada tahun 1975 ekspor beras Indonesia meningkat menjadi 8
% dan mencapai puncaknya pada tahun 1989-1990 yaitu mengalami
peningkatan sebanyak 20 % (Liputan 6 SCTV: 2008).

Inilah penjelasan sepintas mengenai sepak terjang Soeharto dalam
proses pembangunan bangsa Indonesia, terutama di bidang perekonomian.
Memang tidak bisa dipungkiri, sebanyak apapun dosa Soeharto terhadap
Negara dan bangsa Indonesia, jasa yang telah diberikannya juga
sangatlah besar, dan krisis yang menerpa bangsa Indonesia ini secara
murni bukanlah semata-mata karena perbuatan Soeharto, seyogyanya kalau
kita mencoba mengingat bahwa krisis 1997 atau yang dikenal dengan
krisis moneter tidak hanya menerpa bangsa Indonesia akan tetapi juga
negara-negara Asia lainnya. hal ini juga bukan karena kegemaran
Soeharto untuk menumpuk hutang dari luar negeri, melainkan akibat
inflasi negatif yang terjadi di negara-negara Asia sebagai akibat dari
melemahnya mata uang negara-negara Asia terhadap mata uang dollar
Amerika.

Krisis moneter tersebut sampai sekarang belum juga bisa ditanggulangi,
10 tahun bangsa Indonesia berjuang untuk keluar dari lingkaran krisis
moneter ini, mencoba mengukir sejarah dengan tinta emas dan simbahan
darah, dimulai dengan peristiwa heroic reformasi yang menjadi saksi
nyata bahwa perjuangan untuk keluar dari jurang kemelaratan memerlukan
pengorbanan besar karena seiring dengan keinginan yang besar maka
harus ada usaha yang besar, kemudian dilanjutkan dengan peristiwa
gonta gantinya pemimpin di Indonesia, bahkan sampai sekarang ini para
birokrat pemerintahan lebih disibukkan dengan urusan kepentingan
politik demi melancarkan jalan pribadi, memperkaya diri sendiri,
mengatasnamakan aparatur pemerintah sebagai upaya legalisasi
eksploitasi terhadap masyarakat di seluruh Indonesia, sehingga
kecenderungan munculnya soft KKN menjadi terbuka lebar, mereka tidak
lagi memikirkan bagaimanakah usaha serta kebijakan yang harus
diterapkan demi memulihkan perekonomian bangsa, tidak ada inovasi yang
dilakukan oleh pemerintah demi mendekatkan masyarakat bangsa Indonesia
kepada kemakmuran, bahkan mereka cenderung terus menjerumuskan rakyat
Indonesia ke dalam jurang terjal penuh dengan sampah idealisme mereka
yang mungkin telah mereka gadaikan dan dibuang ke jurang itu karena
mereka sudah tidak lagi membutuhkannya. inilah konstelasi politik,
ekonomi, pembangunan serta peristiwa-peristiwa lain yang terjadi di
Indonesia.

Rakyat Indonesia selalu bertanya, "kapan Indonesia ini makmur?"
pertanyaan yang sederhana namun syarat dengan amanat sakral yang
memerlukan pengorbanan untuk menjawab serta menjalankannya. Memahami
keinginan rakyat Indonesia sebenarnya sangat sederhana, mereka hanya
ingin hidupnya gampang atau tidak susah, mereka ingin harga kebutuhan
pokok tidak mahal atau bisa dibeli dengan murah, mereka ingin hasil
pertaniannya dibeli dengan mahal, mereka hanya ingin hidup mereka
nyaman, aman, tentram dan bahagia. Namun pertanyaan yang paling
mendasar dan sangat perlu untuk dicarikan solusinya adalah, bagaimana
cara memberikan kebahagiaan kepada rakyat? Bagaimana membuat rakyat
hidup tentram dan sentousa?

Masa reformasi sudah berjalan selama sepuluh tahun, selama sepuluh
tahun tersebut tidak ada perkembangan signifikan yang dicapai oleh
bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi, kurs rupiah selalu saja
berpacaran dengan angka 9.000-an per dolar, bahkan mulai akhir tahun
2008, dengan terjadinya krisis ekonomi global, kurs rupiah melemah
pada kisaran 11. 000-an, harga sembako terus meningkat bahkan harga
BBM, meskipun mengalami penurunan, dalam perspektif masyarakat bawah
tentu masih sangat mahal. dan yang lebih aneh lagi harga hasil tani
masyarakat yang merupakan sumber pendapatannya malah harus dijual
dengan harga murah.

UPAYA SOLUTIF: Kiat Memberdayakan Ekonomi Rakyat

Fenomena perekonomian bangsa serta kadar ekonomi masyarakat yang
dikemukakan di atas memang sungguh amat teragis dan bukan tidak
mungkin akan mencapai titik nadir dari perjalanan ekonomi bangsa
Indonesia selama ini. Oleh sebab itu, diperlukan kiat-kiat khusus
sebagai usaha solutif memberdayakan perekonomian bangsa Indonesia.

Berdasarkan fenomena di atas dan melihat prospek bangsa Indonesia maka
ada beberapa hal yang sebaiknya segera dilakukan oleh seluruh bangsa
Indonesia, baik pemerintah dan juga masyarakat. Pertama, pemberdayaan
para petani. Pemberdayaan petani ini merupakan hal terpenting yang
harus dilakukan mengingat negara Indonesia adalah negara agraris,
namun harus diakui bahwa petani Indonesia adalah petani yang kurang
memiliki kemampuan tani secara modern sehingga hasil tani yang mereka
hasilkan tidak bisa berkembang, seperti petani tembakau yang setiap
tahun selalu dilanda ketakutan ketika hujan datang menerpa, padahal
jika mau berdaya teknik menanam tembakau di lahan basah sudah dapat
mereka pelajari. Ketidak berdayaan ini kemudian menyebabkan kadar
produksi masyarakat menjadi rendah dan ini juga menyebabkan terjadinya
unbalancing ekspor-impor pemerintah dan akhirnya juga berakibat fatal
pada pendapatan bangsa dan juga rakyat Indonesia.

Kedua, sekali jagung tetap jagung, spesialisasi pertanian masyarakat
sangat penting mengingat profesionalitas senantiasa dibutuhkan dalam
proses pemberdayaan perekonomian masyarakat, rakyat harus disadarkan
bahwa mereka harus berusaha untuk bertani secara profesional, hal ini
bisa ditempuh dengan meningkatkan satu hasil pertanian yang memang
merupakan hasil dari suatu daerah tertentu. Di madura mayoritas hasil
tani petani adalah jagung, maka rakyat harus di fokuskan pada
peningkatan mutu jagung dan juga hasil produksi jagung dengan cara
melakukan terobosan pertanian jagung, usaha ini akan berimbas positif
terhadap pendapatan perkapita rakyat petani karena dengan meningkatnya
hasil tani rakyat maka secara otomatis pendapatan mereka juga akan
meningkat, kemudian pemerintah juga harus mengambil peranan penting
dalam pemberdayaan jagung ini, yaitu dengan meningkatkan harga jagung
pada level selayaknya sehingga rakyat bisa mendapatkan keuntungan
besar dari hasil jagungnya. Hal ini yang dilakukan oleh provinsi muda
Gorontalo dan membuat provinsi itu menjadi satu-satunya provinsi yang
mengalami perkembangan ekonomi terpesat di antara provensi lainnya di
Indonesia per-Tahun 2007 lalu..

Ketiga, kontrak dengan perusahaan harus berpihak kepada Rakyat, budaya
kapitalistik memang sudah mengakar di negara Indonesia ini, para
pemegang modal memegang peranan penting dalam percaturan perekonomian
bangsa ini. Istilah investor menjadi istilah lembut sebagai derivasi
dari istiliah kapitalis, namun sebagai negara berkembang yang masih
miskin modal, negara Indonesia memang sangat membutuhkan peran
investor untuk menamkan modalnya di perusahaan-perusahaan Indonesia,
namun permasalahannya terletak pada kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dalam bekerja sama dengan perusahaan besar baik perusahaan
dalam negeri atau pun juga luar negeri. Kerja sama pemerintah dengan
perusahaan seharusnya berpihak kepada rakyat.

Keempat, pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan
spesialisasi daerahnya, masyarakat yang ada di daerah pertanian maka
harus diberdayakan dalam bidang pertanian, masyarakat nelayan harus
diberdayakan di bidang perikanan, hal ini kemudian akan memunculkan
interaksi positif antara setiap elemen masyarakat di berbagai
disiplin usaha dan juga membuat situasi perekonomian menjadi positif.

Itulah kiat-kiat khusus yang mungkin harus diterapkan oleh pemerintah
sebagai kebijakan perekonomian demi mencapai cita-cita bangsa,
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dan prinsip "kebijakan
harus berpihak pada rakyat" harus senantiasa dipegang teguh oleh
pemerintah dalam menetapkan setiap kebijakan. Berpuluh juta rakyat
Indonesia telah menunggu untuk diberdayakan.

A. FAWAID, Lahir di Sumenep 23 tahun yang lalu (10 April 1986).
Bertempat tinggal di jln. Trunojoyo Gg. V/15a Kolor Sumenep. Alumni
Pondok Pesantren Nurul Islam Karangcempaka Bluto. Pernah aktif di: LPM
STKIP PGRI Sumenep (2007). the Wahib institute (2008-sekarang). Dan
sekarang dalam proses menyelesaikan study di STKIP PGRI Sumenep.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews