Rabu, 26 Januari 2011

“Islam Hari ini” Kajian Resentif terhadap buku Fragmentasi Ortodoksi Islam “Membongkar Akar Sekularisme” karya Dr. HM Afif Hasan

“Islam Hari ini”

Kajian Resentif terhadap buku

Fragmentasi Ortodoksi Islam “Membongkar Akar Sekularisme”

karya Dr. HM Afif Hasan

Oleh: Fawaid Sulaiman

Wacana utama tentang kepesantrenan memang tidak pernah menemukan kata selesai untuk diperbincangkan, apalagi untuk masyarakat di wilayah madura. pesantren sudah menjadi ruh (tidak hanya institusi formal) bagi masyarakat madura. acapkali predikat “kemusliman” seseorang diukur dari seberapa lama ia menghabiskan hidupnya di dunia pesantren. Hal ini wajar mengingat pesantren menjadi centra activity alternatif bagi ummat muslim yang ingin memperdalam ilmu keislamannya. Pesantren memiliki modal kuat berupa keteguhan dan ketekunan santrinya dalam mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadist beriukut tafsir para mufassir terhadap dua pegangan fundamen Islam tersebut berupa kitab-kitab klasik yang dikarang oleh para ‘alim pada setiap generasi, hingga secara genealogi muncullah estafeta ideology Islam yang melewati beberapa zaman, mulai zaman Rasulullah, Sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga masa sekarang ini.


Perjalan histories agama Islam yang panjang tersebut pasti juga menimbulkan konsekwensi terhadap keaslian dan kesamaan ajaran Islam. Munculnya penafsiran para mufassir yang multi interpretative juga menimbulkan ekses negative terhadap ummat yang mulai kebingungan untuk menmukan ajaran Islam yang paling pas dan paling benar dan juga paling mendekati ajaran Islam pada masa Rasulullah, apalagi statement “ijtihad sudah berakhir pada masa Syafi’I dkk” seakan-akan memperparah kondisi keislaman pada masa postmoderen ini.

Selanjutnya, pengaruh globalisasi dengan berbagai dimensi yang dibawanya juga menjadi factor penyebab lain terhadap parahnya kondisi ummat Islam. Sekularisme, pluralisme, dan liberalisme menjadi isu central yang masuk ke semua lini kehidupan ummat yang pada akhitnya juga merambat keyakinan keberagamaan ummat. Itulah grand issue yang diangkat oleh Dr. HM. Afif Hasan M, Pd. Dalam bukunya yang berjudul Fragmentasi Ortodoksi Islam “Membongkar Akar Sekularisme”. Dengan menggunakan analisa kantradiksi-komparatif. Beliau mampu mengungkapkan polemic keislaman yang terjadi di dunia pesantren dan seluruh dimensi yang berafiliasi dengan dunia pesantren.

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM: Pembususukan atau pembaharuan?

Sebagai bias dari dinamisnya zaman, pemikiran Islam juga mengalami pergeseran, munculnya sekularisme agama, pluralisme agama dan liberalisme agama merupakan khazanah dari dinamika pemikiran Islam yang mengalami benturan dengan dinamika zaman. Akan tetapi pertanyaannya adalah “apakah munculnya Sekularisme, Pluralisme,dan Liberalisme merupakan bentuk pembusukan pemikiran Islam?

Hassan Hanafi dalam sebuah tulisannya tentang “Islam Kiri” mengatakan bahwa orang Islam harus melakukan analisa terhadap realitas sosial ummat yang terjadi dalam dunia Islam sehingga memiliki rasionalisasi untuk merevitalisasi kemurnian ajaran Islam. Hal ini wajar mengingat mayoritas Ummat Islam pada masa kini terjerembab di “dunia ketiga” sedangkan non Islam yang nota bene adalah “Kompetitor” dalam semua aspek kehidupan umat Islam berada dalam garda terdepan. Pada akhirnya mayoritas Umat Islam pun mengalami “penjajahan” dengan style dan system baru. Islam tidak lagi memiliki taring untuk menyaingi terobosan akseleratif non Islam dalam menghancurkan keteguhan iman umat Islam.


Kondisi tersebut sangat berbeda dengan kondisi pada masa para sahabat dan tabi’in. imprealisme baru yang dilancarkan melalui multi media menjadi pukulan telak namun halus bagi ummat Islam. Maka apa yang dikatakan oleh Hassan Hanafi tersebut sangat relevan untuk dilakukan oleh umat Islam. Akan tetapi hal itu akan melahirkan interpretasi beragam sebagai hasil dari penafsiran realitas yang dikomparasikan dengan nash Al-Quran dan Al-hadist. Salah satu interpretasi yang muncul adalah tiga isu di atas yang oleh Dr. HM. Afif Hasan M, Pd. dikatakan sebagai sekularisasi Agama yang mengancam terhadap orisinilitas ajaran Islam, maka hal itu dikatakan sebagai sebuah pembusukan pemikiran Islam.


Buku ini juga menbincang tentang khilaf fil fiqh yang terdapat dalam fenomena sosial masyarakat muslim, hal ini berkaitan dengan multi tafsir yang dilakukan oleh beberapa Imam yang kemudian menjadi Madzhab Organisasi masyarakat Islam di lindonesia, begitu banyak contoh khilaf fil fiqh yang diangkat dalam buku ini. dan perbedaan madzhab ini ternyata mengakar pada diri anggota ormas Islam di indonesia sehingga seringkali menimbulkan saling hujat dan saling ejek.


Suatu ketika, salah seorang Guru saya menceritakan sebuah Anekdot: “pada suatu hari terjadi kecelakaan di depan rumah seseorang, kemudian si tetangga ingin meminta bantuan pada si pemilik rumah yang ternyata muslim, tapi si muslim bertanya pada si tetangga apa agama orang yang kecelakaan itu, si tetangga menjawab, agamanya Kristen. Lantas si muslim berkata, sudah tidak usah di bantu dia tidak seagama dengan kita. Keesokan harinya terjadi kecelakaan lagi, si tetangga kembali meminta bantuan kepada si muslim, si tetangga berkata, pak, sekarang yang kecelakaan beragama islam, tapi si muslim masih bertanya pada si tetangga, dia Muhammadiyah apa NU? Si tetangga menjawab, dia Muhammadiyah pak. Si muslim berkata, sudah jangan di Bantu dia tidak se madzhab dengan kita. Keesokan harinya terjadi kecelakaan lagi, si tetangga datang lagi ke rumah si muslim dan berkata, kali ini yang kecelakaan Islam NU pak. Si muslim bertanya lagi, dia NU PKB apa NU PPP? Si tetangga menjawab dia Islam NU PPP pak. kalau begitu sudah jangan di Bantu karena dia tidak separtai dengan kita. Keesokan harinya terjadi kecelakaan lagi, si tetangga datang kembali kerumah si muslim dan berkata, kali lini yang kecelakaan Islam NU PKB pak, namun lagi-lagi si muslim bertanya, PKB Gusdur apa Muhaimin? Si tetangga menjawab, Islam NU PKB Muahimin Pak. Sudah kalu begitu jangan dibantu karena dia kubu musuh”


Anekdot di atas menggambarkan betapa parah dan rapuhnya persatuan dalam tubuh Islam, Islam mengajarkan bahwa Ukhwah tidak hanya Ukhuwah Islamiyah akan tetapi juga Ukhuwah Basyariah, jadi meskipun bukan Umat Islam, persaudaran harus tetap dijaga. Dan anekdot selanjutnya lebih parah lagi, tidak ada lagi ukhwah Islamiyah karena Umat Islam mengalami parsialisasi yang antara satu dengan yang lainnya tidak memiliki rasa persaudaraan, maka kapan umat Islam bisa lepas dari Zaman Jumud ini jika umat Islam hanya sibuk mencari pembenaran bagi individu dan kelompok dan bukan bersama-sama mencari dan memperjuangkan kebenaran!


Oleh sebab itu, buku yang sangat lugas membahas polemik antar ormas ini sangat penting untuk dikaji sebagai penambah referensi kita dalam menjalani padang keberagamaan kita yang ternyata begitu tandus, demi tegaknya kembali panji Islam dan keluar dari zaman kegelapan ini, sudah saatnya umat Islam berjuang demi pembebasannya!

Salam Pembebasan!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews