Sabtu, 03 Juli 2010

Gebyar Hari Pahlawan

Tak ada yang bisa menggantikan keuletan, bakat juga tidak; orang berbakat yang tidak pernah sukses adalah hal yang lumrah. Kejeniusan juga tidak; orang pandai yang tidak memperoleh apa-apa sudah nyaris menjadi kata-kata mutiara. Pendidikan juga tidak; dunia sudah penuh dengan pengangguran berpendidikan. Keuletan dan keteguhanlah yang paling berkuasa. Slogan “PANTANG MENYERAH” telah dan selalu dapat memecahkan masalah yang dihadapi manusia.

Setiap 10 Nopember, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Pengkultusan tersebut dilakukan untuk menghormati peristiwa sacral yang terjadi 63 tahun yang lalu, tepatnya 10 Nopember 1945. saat itu terjadi pertempuran super hebat antara sebagian rakyat Indonesia dengan tentara sekutu dan NICA. Peristiwa itu berawal dari datangnya 6.000 pasukan sekutu pada tanggal 25 oktober di Surabaya yang dipimpin oleh Brigadir Jendral Mallaby. Tujuannya tidak lain adalah untuk merebut kembali kekuasan Indonesia yang sudah beberapa bulan lepasa dari cengkraman Penjajah.

Niat belanda tersebut akhirnya diketahui oleh pihak Indonesia. Para pejuang pun akhirnya marah dan terjadilah pertempuran dhsyat 30 oktober di Surabaya. Mallaby tewas dalam pertempuran tersebut. Pengganti Mallaby, May Jend. Mansergh, memberi deadline hingga 10 Nopember kepada Indonesia untuk menyerah. Namun, para pejuang tidak gentar menghadapi ancaman tersebut, maka bergolaklah perang maha dahsyat yang terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945. beribu-ribu pejuang gugur di medan perang hanya karena satu tekad “Pantang Menyerah demi memberikan sesuatu bagi Indonesia

10 Nopember; antara syimbolis dan Values

Sudah lama sekali tragedy 10 Nopember tersebut terjadi, namun Alhamdulillah masih banyak orang yang mengingat dan bahkan menghormati Hari Pahlawan tersebut. Di jantung kota, di pelosok desa atau bahkan di setiap ruas ruang dinas pemerintah masih senantiasa mengingat 10 nopember sebagai hari yang bersejarah yaitu Hari Pahlawan. Namun sangat sedikit sekali masyarakat yang mengingat semangat 10 nopember. Masyarakat yang mampu menginternalisasikan spirit perjuangan untuk mengisi “ruang kosong” kemerdekaan ini.

Mayoritas masyarakat telah mengusung paradigma syimbolisme dalam menghayati Hari Pahlawan tersebut. Tidak ada refleksi intensif yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mengkaji, memahami dan menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam moment bersejarah itu. Mereka malah di sibukkan dengan upacara “ceremonial” dalam rangka memperingati Hari Pahlawan.

Sepintas tidak ada yang salah dalam paradigma tersebut. Tidak ada keuntungan yang bisa kita dapatkan dengan mengingat hari pahlawan, toh hal itu juga tidak akan mengurangi atau bahkan menambah keagungan jasa para pahlawan di hadapan Tuhan. Namun dibalik itu semua, ada banyak hal yang seharusnya senantiasa menjadi tanggung jawab kita sebagai pemuda bangsa. Pertama, nilai spirit perjuangan pantang menyerah para pahlawan adalah sesuatu yang sangat berharga. Pahitnya situasi yang dihadapi oleh para pahlawan seharusnya menjadi objek komparasi bagi kita untuk membandingkan tantangan yang kita hadapi dengan tantangan zaman tempo dulu. 10 nopember 1945 merupan zaman kegelapan bagi Indonesia akibat dari kolonialisme. Namun, hari inipun, zaman new kolonialisme akan kembali muncul jika para pemuda bangsa tidak mampu mengusung semangat pantang menyerah untuk mengisi “ruang kosong” dalam rangka meneruskan perjuangan para pejuang dalam mempertahankan supremasi bangsa, membangun serta mengembangkan bangsa demi mewujudkan tatanan bangsa dan masyarakat yang madani.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews